Sabtu, 21 Agustus 2010

PERGERAKAN MAHASISWA PADA MASA 10 TAHUN REFORMASI

Tumbangnya rezim orde baru yang telah berkuasa kurang lebih selama 32 tahun merupakan sumbangsih pikiran dan tenaga atau usaha yang dilakukan oleh mahasiswa dengan bangga kita katakan demikian yang didukung oleh lapisan masyarakat yang puncaknya pada tahun 1998 dengan mundurnya Soeharto secara resmi dari kursi Kepresidenan. Mahasiswa sebagai motor dari pergerakan ini yang dibantu oleh masyarakat bersatu padu membangun gerakan yang terdiri dari berbagai elemen gerakan mahasiswa lainnya telah berhasil membuat isu bersama dan musuh bersama yaitu Soeharto harus mundur dari kursi kepresidenan. Selain itu, mahasiswa juga menuntut untuk melakukan reformasi total dalam tataran pemerintahan, memberantas kkn, perbaikan ekonomi, menuntut Soeharto untuk segera mengembalikan aset-aset Negara kepada rakyat. Dengan tuntutan ini Soeharto pun mengundurkan diri kursi Kepresidenan. Orde baru telah berakhir maka digantiakn dengan zaman reformasi dengan beberapa tuntuan seperti yang disebutkan di atas. Seiring dengan perjalan waktu pasca reformasi, peranan gerakan mahasiswa sepertinya kurang produktif. Tuntutan reformasi belum juga tuntas sampai saat ini, korupsi merajalela, kemiskinan meningkat, ekonomi rakyat makin terpuruk dengan naiknya harga BBM, sembako naik, persoalan sosial dan masih banyak lagi persoalan lain . Sampai saat ini mahasiswa belum juga bisa memberikan kontribusi riil terhadap masyarakat untuk menyelesaikan persoalan ini. Ini merupakan PR besar bagi gerakan-gerakan mahasiswa untuk kedepannya. Maka dengan tulisan ini kita mencoba melihat pergerakan mahasiswa pasca tumbangnya rezim orde baru sampai zaman reformasi yang sedang berjalan dengan komitmen reformasinya. Melihat realita ini perlu kiranya untuk menyatukan kembali gerakan mahasiswa mencari musuh bersama agar nantinya gerakan mahasiswa kembali bersatu dalam persoalan yang ada. Memang pada saat itu adalah momen yang tepat bagi gerakan mahsiswa untuk menyatukan visi dan misi. Tapai walaupun demikian sebenarnya kita bisa menyatukan gerakan tanpa harus menunggu adanya momen, yaitu bagaimana kita bisa menciptakan momen.

Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan dilembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

Sebuah syair perjuangan yang kita nyanyikan dengan lantang untuk mengobarkan semangat para mahasiswa terutama sewaktu turun aksi ke jalan. Hampir semua elemen gerakan mahasiswa menggunakan syair tersebut. Ini menunjukkkan bahwa semua elemen gerakan mahsiswa baik itu ekstra kampus dan intra kampus memiliki totalitas perjuang yang sama. Mahasiswa dengan segala potensinya selalu berusaha memberikan sumbangsih pikiran dan tenaganya untuk memberikan kontribusi terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa. Dalam aksinya ketika turun ke jalan mahasiswa selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk menentang berbagai kebujakan yang keluarkan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat secara umum. Aksi (turun ke jalan) bukanlah satu-satunya jalan untuk menentang kebijakan pemerintah yang dianggap melenceng, tapi ini hanyalah salah satu alternative karena mahaiswa merasa merupakan bagian dari masyarakat.
Ada fenomena yang menarik ketika kita melihat berbagi aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh gerakan-gerakan mahasiswa yang semuanya mengaku sebagai pembela kepentingan rakyat. Maraknya demonstrasi ini tentu tidak telepas dari tumbangnya rezim orde baru dan dalam peristiwa tersebut mahasiswa turun ke jalan demonstrasi besar-besaran yang dibantu oleh masyarakat yang kemudian kita kenal dengan reformasi, karena memang aksi turun ke jalan merupakan cara yang paling ampuh pada saat itu membuat isu bersama dan memberikan informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa bangsa ini harus melakukan perubahan sehingga masyarakat juga merasa harus ikut berpartisipasi dalam perubahan tersebut. Reformasi inilah yang seakan membuka kran demokrasi di Indonesia sehingga arus perubahan yang dulu tersumbat oleh kebijakan pemerintah yang otoriter kini mengalir dengan deras, rakyat telah bebas memberikan pendapatnya, mahasiswa sudah bisa bersuara lantang menentang kebijakan pemeintah. Arus perubahan dan kebebasan inilah yang semakin memperkuat harga jual rakyat terutama mahasiswa dalam pandangan pemerintah. Sering orang mengatakan kalau mahasiswa takut sama dosen, dosen takut kepada dekan, dekan takut kepada rektor, rektor takut sama presiden dan presiden takut kepada mahsiswa.
Namun dalam realitanya yang terjadi tidak selamanya sesuai dengan yang diperkirakan, arus demokrasi tersebut mengalir terlalu deras tanpa ada pembatas atau hambatan sehingga tidak dapat diarahkan menuju agenda reformasi yang telah dicita-citakan, bahkan sudah lari dari agenda tersebut. Selain itu ada beberapa sampah-sampah yang terdapat dalam kran yang terbuka tersebut yang ternyata dapat menghambat laju perubahan, sehingga dapat kita lihat bersama bahwa perubahan yang kita inginkan belum juga sepenuhnya dapat tercapai.
Motor dari reformasi ini adalah mahasiswa, barangkali kita semua sepakat tapi perlu kita kaji kembali sedikit ke belakang bahwa dalam demontsrasi yang dimotori oleh mahasiswa ternyata mendapat bantuan dari berbagai elemen termasuk masyarakat. Jadi perjuangan reformasi merupakan perjuangan bersama oleh mahasiswa sebagai motor dan masyarakat. Dua komponen inilah yang sangat berperan dalam proses perubahan. Maka, jangan mengannggap bahwa mahasiswa adalah segala-galanya atau "superman" yang dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dialami oleh bangsa tanpa bantuan dan partisipasi dari masyarakat luas. Mahasiswa hanya dapat berbicara saja (sebagai pemikir) dengan konsep-konsep yang ideal tetapi tidak akan sanggup untuk merealisasikannya tanpa bantuan atau dukungan dari lapisan masyarakat, karena memang mahasiswa disamping tugas Kontrol sosial juga harus menyelesaikan tugas akademik di kampus masing-masing. Begitu juga dengan masyarakat, mereka tidak akan mampu melakukan suatu perubahan tanpa diiringi oleh sebuah pemikiran matang dan konsep yang jelas sehingga diperlukan intelektual muda yang memiliki pemikiran segar yang mampu untuk menjadi pemikir-pemikir bagi masyarakat. Maka perubahan akan tercapai apabila kedua komponen tersebut dapat berdampingan secara harmonis.
Mahasiswa tidak boleh terjebak dalam romantisme masa lalu tentang peranan mahasiswa sebagai lokomotif perubahan. Selain itu kalau kita perhatikan secara jernih lagi bahwa ternyata masih banyak sekali aktivis mahasiswa yang dulunya memperjuangkan kepentingan rakyat namun ketika statusnya berubah dari mahasiswa menjadi seorang pejabat (birokrasi) semua idealisme tersebut hilang, karena sudah terlena dengan jabatan yang dipegang sehingga berusaha untuk selalu mempertahankan jabatan dengan menghalalkan segala cara. Sebagai contoh barangkali kita bisa sama-sama melihat banyak mantan-mantan aktivis mahasiswa terjerat kasus korupsi, namun hal itu tidak bisa digeneralisasi tetapi kasus ini menjadi bahan evaluasi bagi kita sebagai seorang aktivis mahasiswa kenapa hal itu bisa terjadi di kalangan aktivis. Ada yang beranggapan bahwa hal itu kembali pada diri individu masing-masing namun kenapa individu-individu tersebut bisa muncul dalam diri seorang mahasiswa yang tergabung dalam suatu pergerakan, apakah memang tidak ada kontrol dari organisasi pergerakan tersebut kepada anggotanya terutama berkaitan dengan moral. Hal ini sebenarnya terjadi karena memang tidak suatu internalisasi dari nilai-nilai moral yang dianut oleh suatu pergerakan mahasiswa kepada anggotanya sehingga ketika sudah berbeda statusnya nilai-nilai moral tersebut hilang tak berbekas dan idealismenya sebagai mahasiswa hilang terkalahkan oleh idealisme materialistis.
Fenomena yang terjadi seperti yang dipaparkan di atas bisa saja menghinggapi gerakan mahsiswa saat ini. Minimnya pemberian muatan ideology dalam kaderisasi sebagian gerakan mahasiswa bisa jadi menjadi titik awal untuk munculnya mahasiswa yang memiliki ideology yang mengambang atau bahkan menjadi pragmatis karena memang akan selalu tepengaruh lingkungan dimana dia berkecimpung. Ideology adalah landasan kita untuk bergerak sehingga sangat penting bagi setiap gerakan mahasiswa untuk menanamkan nilai-nilai ideology kepada setiap anggotanya sejak dini.
Fenomena lain yang terjadi dalam kalangan gerakan mahsiswa adalah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap apa yang dilakukan oleh mahasiswa. Penurunan kepercayaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Ketidakjelasan hasil dari reformasi
Reformasi yang digulirkan oleh mahsiswa menjadi titik tolak perubahan namun sampai saat ini perubahan yang terjadi belum bisa memberikan kontribusi yang berarti. Sehingga rakyat menjadi ragu dan bahkan masyarakat menyalahkan mahasiswa apabila terjadi gejolak ekonomi seperti kenaikan BBM, tarif listrik, telepon dsb. Peran mahasiswa dalam mengawal reformasi sepertinya tidak dirasakan oleh masyarakat sehingga apabila mahasiswa melakukan respon terhadap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah masyarakat terlihat apatis dan tidak mau tau turun bersama-sama dengan mahasiswa.
2. Tindakan anarkis mahasiswa yang semakin memperburuk citra seorang mahsiswa yang katanya kaum intelektual muda. Perkelahian antar mahasiswa antar Fakultas secara otomatis akan menurunkan wibawa mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang seharusnya menggunakan cara-cara yang arif dalam menyelesaikan suatu permasalahan bukan dengan menggunakan otot dan ini akan menimbulkan masalah baru bukan menyelesaikan masalah. Tindakan anarkis mahasiswa juga sering terjadi ketika melakukan aksi unjuk rasa dalam merespon isu-isu yang terjadi. Sebagian elemen mahasiswa berangapan bahwa cara-cara anarkis masih merupakan tindakan yang efektif untuk menyuarakan aspirasi mereka. Hal tersebut tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena memang kadang pemerintah akan mendengar aspirasi mahasiswa apabila dibarengi dengan tindakan yang dapat memberikan pressure kepada pemerintah dan juga kalangan pers akan meliput aksi unjuk rasa yang menghebohkan. Dampak lain adalah mahasiswa dikatakan tukang rusuh, apalagi ketika mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa sering mengganggu arus lalu lintas yang menggannggu aktivitas masyarakat dalam mencari kebutuhan hidup. Bukankah ketika mahasiswa melakukan aksi tujuan utama mereka adalah untuk membela kepentingan rakyat namun ketika yang terjadi seperti di atas berarti siapa yang kita bela karena yang katanya dibela adalah rakyat ternyata tidak mendukung pembelaan kita.
3. Kurangnya perhatian mahasiswa terhadap kasus-kasus yang sebenarnya paling menyentuh lapisan masyarakat bawah. Saat ini mahasiswa lebih banyak fokus pada persoalan atau isu-isu nasional dan internasioanal namun lupa dengan isu-isu local atau persoalan yang ada di daerah masing-masing. Hal ini menyebabkan banyak kasus yang sebenarnya sangat membutuhkan peran serta mahasiswa di dalamnya tetapi ternyata rakyat hanya berdiri sendiri untuk mengatasinya. Mahasiswa hanya fokus pada persoalan polotik tetapi kurang respon dengan masalah-masalah sosial yang sebenarnya tidak kalah pentingnya untuk ditanggapi. Tidak semua persolan bisa dileselesaikan melalui jalur politik.
Gerakan mahasiswa saat ini perlu melakukan evaluasi terhadap gerakan yang telah dilakukan. Apakah memang sudah memberikan sumbangsih kebaikan atau sebaliknya menambah kesengsaraan yang saat ini telah menimpa rakyat Indonesia. Oleh karena itu mari kita sama-sama mengajak semua elemen gerakan mahasiswa untuk kembali pada gerakan murni yang ideal sehingga bisa mengembalikan citra nama baik mahasiswa yang katanya kaum intelektual muda yang memang peduli dan bisa memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga untuk kepentingan rakyat Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah masyarakat. Berbagai persolan yang terjadi di tengah masyarakat dengan adanya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Maka kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat sangat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi terhadap konflik-konflik yang terjadi yang dilakukan oleh penguasa. Secara umum advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terejadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengarah pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap kondisi masyarakatnya serta dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup anak bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dialakukan oleh gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam rangka melakukan koreksi atau control atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami penyimpangan dan telah melanggar komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perubahan dalam tataran masyarakat. Oleh karena itu, perannnya menjadi begitu penting dan berharga tatkala itu dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dilanda oleh persoalan-persoalan sosial politik. Saking begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa di dunia telah membuktikan bahwa perubahan sosial yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dimotori oleh adanya gerakan perlawanan gerakan mahasiswa walaupun mendapatkan tekanan dari pemerintahan yang sedang berkuasa.
Masa studi selama di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap dan persepsi mereka dalam meumuskan kembali masalah-masalah yang tejadi di sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam memecahkan masalah terjadi meransang mahasiswa untuk mencari alternative ideolagi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Tatakala mereka menemukan kebijakan public yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang kritis dengan mata hatinya, merekan akan merasa terpanggil sehingga terangsang untuk bergerak.
Di samping gerakan mahasiswa melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap melenceng dan merugikan rakyat banyak baik itu dengan jalur politik atau dengan cara lain, maka perlu kiranya gerakan mahasiswa untuk merobah paradigma gerakan antara lain: Paradigma dari membaca ke menganalisa. Gerakan mahasiswa dalam melakukan gerakannya perlu sebuah konsep yang jelas sehingga apa yang dilakukan tidak mengambang dan tepat sasaran, maka dituntut untuk membaca dan memperdalam wawasan tentu tidak cukup dengan membaca dan mencari informasi tetapi semua itu harus dibarengi dengan tradisi menganalisa informasi atau persoalan dengan berfikir logis dan mendalam. Paradigma dari teks ke kontekstual, terkadang pemahaman mahasiswa atas teks-teks yang dipelajari di kampus bersifat tekstual. Oleh karena itu, perlu adanya penyeimbangan antara pemikiran dalam memahami realitas. Kalangan mahasiswa tidak semestinya hanya memahami teks saja tetapi harus mampu melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang cepat dari teks-teks yang dipelajari di kampus. Paradigma mahasiswa di kampus harus bertumpu pada penyelarasan ideologis dengan ketajaman analisa terhadap persoalan-persoalan yang terjadi. Kalangan mahasiswa harus mampu membaca, mengkaji, dan berdiskusi secara logis, kritis, sistematis dan komprehensif serta mampu membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu.

Gerakan mahasiswa saat ini sudah saatnya untuk melakukan evaluasi terhadap gerakan yang telah dibangun. Kalau selama ini kita melakukan gerakan yang mungkin menurut kita sudah memberikan sebuah pembelaan terhadap masyarakat tetapi dalam realitanya masyarakat justru menganggap merugiakan mereka, perlu kita kaji ulang untuk mencari alternatif lain yang lebih aman dan pas kiranya agar tidak menganggu aktivis masyarakat. Sebagai contoh misalnya ketika mahasiswa mengadakan aksi turun ke jalan membawa isu ingin membela kepentingan rakyat, yang seharusnya mahasiswa mendapat support dari masyarakat, tapi yang terjadi juustru sebaliknya mereka menganggap mahasiswa telah menghambat activitas mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama ini gerakan mahasiswa banyak terfokus pada persolan-persolan Nasional dan Internasional sehingga persolan lokal terabaikan padahal sebenarnya itu tidak kalah urgennya untuk diangkat sebagai isu bersama dan itu adalah persoalan yang langsung menyentuh rakyat, maka kedepannya gerakan mahasiswa jangan hanya terfokus pada persolan-persoalan Nasional dan Internasioanal tetapi juga harus membahas persoalan yang ada di daerah-daerah yang langsung menyentuh masyarakat. Kalau selama ini gerakan mahasiswa hanya bisa melakukan tindakan protes terhadap kebijakan pemerintah, melakukan pelawanan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah. Kedepan sudah seharusnya gerakan mahasiswa bisa bekerja sama dengan pemerintah mencari solusi terbaik untuk mengatasi persolan-persoalan yang dialami oleh bangsa ini. Barangkali gerakan mahasiswa harus memikirkan konsep yang jelas untuk membantu pemerintah mencari solusi terhadap persolan yang ada. Keterbukaan pemerintah sangat diharapkan disini sehingga komunikasi bisa berjalan lancar dan tidak ada saling mencurigai antara gerakan mahasiswa dan pemerintah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar